Halaman

Minggu, 10 Januari 2016

Sopan Santun terhadap Ruang dan Waktu



Sopan Santun terhadap Ruang dan Waktu

            Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika ini dilaksanakan pada, 21 Oktober 2015. Bapak Marsigit seperti biasa memulai perkuliahan dengan berdoa lalu kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan penyampaian materi. Materi terkait filsafat.
            Filsafat itu adalah diri kita sendiri. Masing-masing orang dipersilahkan untuk membangun filsafatnya sendiri. Berbeda-beda karena itu pasti. Bapak Marsigit menyampaikan terait pengalaman beliau bahwa filsafat itu pengalaman, refleksi kehidupan diri kita. Kuliah filsafat ini bertujuan untuk mengerti akan ketidak mengaertian diri kita. Belajar filsafat itu haruslah ikhlas pikir dan hati. Belajar filsafat itu harus rajin membaca. Dari blog Bapak misalnya karena disana memuat filsafat bukan terapan, filsafat yang dikembangkan beliau adalah filsafat yang dikembang-kembangkan. Dimana metodenya yaitu metode hidup.
            Orang yang cerdas dalam berfilsafat adalah orang yang tahu diri akan ruang dan waktu. Dan sebodoh bodoh orang adalah orang yang tidak tahu terkait ruang dan waktunya. Maka pentingnya ini membaca.
            Selanjutnya yaitu sesi pertanyaan, dimana pertanyaan pertama diajukan oleh saudara Tangguh Pamungkas terkait kesulitan belajar yaitu kendala menembus ruang dan waktu. Secara filsafat, ketika Mahasiswa tidak bisa itu benar, maka ini disebut fallibism, ini ada teori dan ada tokohnya. Gunanya untuk melindungi kaula muda, anak SD. Yang sebenarnya orang-orang hanya melihat dipermukaan yang salah benar. Padahal ini ada yang tersimpan yaitu metafisik. Kalimat yang bermakna dibaliknya. Yaitu yang paling dalam itu adalah jiwa. Metafisiknya sembunyi. Maka orang yang sukses yaitu yang mampu ruang dan waktu.
            Bapak Marsigit menyampaikan tujuan membuat elegi yaitu pembiasaan dengan bahasa orang awam. Misalkan Gagal, salah benar adalah bahasa  psikologi. Tapi dalam istilah filsafatnya tidak mampu menembus ruang dan waktu. Bahwa sejatinya benda mati, tumbuhan dan hewan itu juga menembus ruang dan waktu. Bedanya dengan manusia dalam filsafat yaitu bagaimana yang sesuai dengan ruang dan waktu.
            Misalnya statistik itu data, turun ke sekolah itu adalah siswa, jika dinaikkan ke atas yaitu yang ada dan yang paling atas yaitu ciptaan Tuhan. Misalnya lagi Integral itu luasan jika diturunkan jauh dekat. Anak bayi sudah mengerti jauh dekat tapi tidak bisa didefinisikan. Mereka tahu karena kebiasaan.  Kita yang dewasa maka harus paham ruang dan waktu jika ingin membawa sesuatu pada siswa dasar. Aksioma itu material adalah buku matematika. Formal nya adalah ketentuan. Normatifnya aturan. Spiritualnya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah aksioma dan postulat kita manusia. Kebawak menjadi tindak tanduk kita. Contoh bagi adik adik kita. Menyesuaikan diri. Ini baru naik turun belum di ekstensikan.
            Valid istilah orang awang adalah dipercaya, nailk menjadi logis, dinaikkan menjadi ayat Suci Al-Qur’an. Bagi anak kecil itu sesuatu yang ada yang bisa dipegang atau benda konkret. Jika belajar filsafat maka Sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Orang harus menyadari ruang dan waktunya, siapa yang dihadapi. sopan dan santun itu terhadap sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Minimal mengetahui. Berbicara tentang sopan santun dalam pendidikan matematika, contohnya aktif dan mengetahu tentang beraktifitas matematika. Berhubungan pula dengan budaya.
            Selanjutnya membahas terkait dengan pertanyaan. Pertanyaan pertama, saudara Anwar Rifa’i. Terkait dengan cara yang efisien dan efektif belajar filsafat. Sebenarnya pertanyaan ini mengandung bahaya. Yang benar belajar nya itu dengan cara metode hidup. Metode untuk mengajarkan tidak  ada metode yang paling efektif yang bisa dilakukan dengan various metode. Kalau tentang agama maka yang baik dan benar yaitu dengan Al-Quran.
            Buah dari filsafat yaitu terbebas dari belenggu dan mitos mitos, dengan cara membaca. Maka diam itu mengandung bahaya, yang dilakukan harus belajar. Jangan sampai diam nanti bisa jadi mitos. Melakukan inovasi maka itulah penting. Membaca membaca dan membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar