Halaman

Minggu, 10 Januari 2016

Memahami Dimensi



Memahami Dimensi
Pada pertemuan ketiga ini 4 November 2015, seperti biasa Bapak Marsigit memulai dengan berdo’a yang kemudian dilanjutkan dengan tes jawab singkat terkait dengan Menembus ruang dan waktu yang memuat tentang material, formal, normatif dan spiritual.
Kemudian beliau melanjutkan dengan menjelaskan beberapa pertanyaan dari ter jawab singkat tersebut. Yaitu sebagai berikut :
·         Yang pertama terkait dengan Analitiknya material. Analitik itu adalah logika pikir, tapi ia diterapkan di benda maka menyangkut dengan banyaknya benda, dihutung banyaknya.
·         Kedua, analitiknya formal. Formal itu adalah aturan, maka analitik formal itu banyaknya aturan-aturan.
·         Analitiknya normatif yaitu analitik, karena analitik itu istilahnya normatif.
·         Analitiknya spiritual, yaitu logika Tuhan.
·         Sintetiknya material, sintetik adalah interaksi benda.
·         Sintetiknya formal yaitu adalah gabungan hukum.
·         Sintetiknya normal yaitu sintetik.
·         Sintetiknya spiritual yaitu pahala.
·         Apriorinya material. Apriori adalah pikiran, analitik adalah logika, pikiran itu analitik. Maka merupakan benda pikir, bilangan benda geometri adalah benda pikir. Yang terlihat adalah contoh.
·         Apriori formal, yaitu aturan dalam pikir.
·         Apriori normatif yaitu apriori.
·         Apriorinya spiritual yaitu takdir.
·         Transendennya material yaitu bendanya para dewa. Para dewa adalah benda yang berada di dimensi lebih atasnya. Contoh Bank adalah dewanya uang mu. Kamu adalah dewa adikmu dll.
·         Transendennya moral yaitu aturannya dewa. Contohnya misalnya aturan kita buat terhadap adik kita.
·         Transendennya normatif adalah transenden.
·         Transendennya spiritual yaitu para malaikat.
·         Relatifnya material adalah sifat material yang relatif.
·         Relatifnya formal yaitu aturan yang longgar.
·         Relatifnya normatif adalah relatif.
·         Relatifnya spiritual yaitu ciptaan Tuhan yang ada di dunia. Termasuk diri kita ini yang relatif.
·         Absolutnya material yaitu tak ada absolutnya. Tak ada yang absolut didunia
·         Absolutnya formal yaitu ketentuan Tuhan.
·         Absolutnya normatif yaitu ilmu tuhan
·         Absolutnya spiritual yaitu kuasa Tuhan.
·         Skeptisnya material yaitu benda yang bergerak. Skeptis yaitu ia belum bergerak.
·         Skeptisnya formal yaitu aturan yang belum jelas
·         Skeptisnya Normatif yaitu skeptis
·         Skeptisnya spiritual adalah unsurnya setan.
·         Mitosnya material adalah benda benda pusaka.
·         Mitosnya normatif yaitu normatif.
Selanjutnya yaitu sesi pertanyaan. Pertama, dari saudari Elfrida yang bertanya terkait bagaimana membangun filsafat pada diri seorang yang sebelumnya tidak pernah mengetahui filsafat ?. caranya yaitu dengan cara kuliah, dan menjalani kehidupan seprti biasa, melakukan apa yang menjadi rutinitas kehidupan sepertinya. Karena filsafat itu kehidupan kita sendiri. Filsafat itu mengambil esensinya. Nilai dari filsafat yang diambil, misal berpikir kritis. Tidak semua hal bisa diterapkan.
Pertanyaan dari saudara Mu’ahid terkait dengan Skeptis. Skeptis adalah meragukan segala sesuatu. skeptis itu ada sejak zaman Yunani. Namun, terkenalnya oleh Rannes Dechartes, awal mulanya ia bermimpi seperti nyata, hingga tak bisa membayangkan antara mimpi dan nyata. Terjadi di Prancis musim salju, yang membuat Rannes Dechartes bingung. Semua yang dilihat dan dipikirkan Rannes Dechartes bahkan akhirnya membuat ia tak percaya. Termasuk tentang Tuhan, ini sangat bahaya. Ia bahkan untuk mempikirkan Tuhan saja ia tak percaya. Tapi pada akhirnya ia Tetap percaya Tuhan. Dan ia mencari apa yang pasti benar yaitu bahwa kita sedang bertanya “korgeto erkosium” (ejaan tak sebenarnya) yang artinya aku ada ketika aku bertanya. Jika skeptis ini bergabung dengan positifisme maka menjadi metode scintifik.
Deary bertanya terkait tentang Transenden. Transenden adalah sifat bagi dimensi yang diatasnya. Misalkan dosen mengetahui banyak tentang Mahasiswa, namun Mahasiswa tak tahu banyak tentang Dosen. Ayam dan cacing. Jika di pewayangan di ibaratkan dewa yang turun ke bumi.
Pertanyaan selanjutnya Ilma Rizky yaitu adakah sesuatu yang aturan berfilsafat. Selama ini yang kita pelajari yaitu tata cara berfilsafat, karena sejatinya kita ini sedang berfilsafat.
Rita Suryani bertanya tentang apa yang bisa diterapkan dalam pendidikan anak. Yaitu fallibism iua adalah kesalahan yang benar. Contohnya Mahasiswa yang dapat nilai nol maka ini benar karena memang belum bisa. Ini bisa diterapkan dalam pendidikan pembelajaran anak yaitu agar guru memahami bahwa teori falibism. Yaitu ketika anak anak tidak bisa ini memang benar. Karena anak-anak memang belum paham. Karena falibism ini bisa juga sebagai payung orang yang ada dibawahnya.
Yang terakhir yaitu saudari Latifatul, yaitu pertanyaan terkait nilai kebenaran dalam filsafat. Nilai kebenaran dalam filsafat itu ditentukan dengan yang ada dan yang mungkin ada yang sesuai ruang dan waktu. Misalnya diri ini subjektif, kebenaran nya onjektif. Kebenaranya ideal. Yang diluar pikiran adlah realis, tapi Kebenaran Tuhan adlah Absolut, jika dunia relatif. kebenaran skeptic  diragukan, kebenaran pikiran konsisten/koheren, kebenaran persepsi adalah korespondensi, kebenaran para dewa adalah para logos, kebenaran para daksa adalah faktanya, kebenaran subjek adalah predikat, kebenaran kapital adalah modal, kebenaran utilitarian adalah asas manfaat, kebenaran spiritual adalah firman Tuhan, dan ll.
Anggara Ari Mustafa menanyakanterkait filsafatnya dari 0 ( angka nol ). Filsafat dari nol adalah nihilism, yang artinya ketiadaan. Dalam aliran filsafat tersebut, pada akhirnya manusia itu mengalami ketiadaan (hampa). Jika agama dikombinasikan dengan psikologi maka tiadalah tujuan hidup manusia selain agar hidup bahagia. Bahagia dengan tidak ada nafsu, tidak ada amarah, tidak ada cita-cita, maka dalam rangka ketiadaan itu kita bisa menuju nirwana.
Selanjutnya Winda menanyakan, berkaitan Teleology ruang dan waktu. Tokoh filsafat yang membicarakan mengenai masa depan adalah Immanuel Kant dengan bukunya yang berjudul “Teleology”. Dari teori Immanuel Kant dapat dikatakan bahwa masa depan bisa diproyeksikan dari zaman sekarang.
Tangguh Yudha Pamungkas menanyakan terkait hubungan antara filsafat dengan Tuhan. Pada hakikatnya, filsafat adalah pikiran dan agama adalah hati. Tidak semuanya yang ada di dunia ini bisa dan akan selesai untuk didefinisikan. Semilyar pangkat semilyar aku menjelaskannya belum selesai untuk menjelaskannya. Misalnya definisi cinta dari suami kepada istrinya. Sehebat-hebat pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui relung-relung hatinya. Setinggi-tinggi manusia tidak akan mampu mengetahui takdir tuhan. Dunia ini berstruktur dan bersinergis, maka janganlah kita menyombongkan diri untuk mengetahui segalah rahasia Tuhan.
Belajar filsafat laboratoriumnya adalah pikiran, maka janganlah berhenti untuk berpikir dalam mencari ilmu sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan.
Sehingga, yang bisa saya tangkap dari perkuliahan ini yaitu bahwa sejatinya dalam kehidupan itu terdapat dimensinya masing-masing. Maka yang utama bagaimana kita senantiasa bisa memahami dimensi filsafat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar