Sopan
Santun terhadap Ruang dan Waktu
Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika ini
dilaksanakan pada, 21 Oktober 2015. Bapak Marsigit seperti biasa memulai
perkuliahan dengan berdoa lalu kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan
penyampaian materi. Materi terkait filsafat.
Filsafat itu adalah diri kita sendiri. Masing-masing
orang dipersilahkan untuk membangun filsafatnya sendiri. Berbeda-beda karena
itu pasti. Bapak Marsigit menyampaikan terait pengalaman beliau bahwa filsafat
itu pengalaman, refleksi kehidupan diri kita. Kuliah filsafat ini bertujuan
untuk mengerti akan ketidak mengaertian diri kita. Belajar filsafat itu
haruslah ikhlas pikir dan hati. Belajar filsafat itu harus rajin membaca. Dari blog
Bapak misalnya karena disana memuat filsafat bukan terapan, filsafat yang
dikembangkan beliau adalah filsafat yang dikembang-kembangkan. Dimana metodenya
yaitu metode hidup.
Orang yang cerdas dalam berfilsafat adalah orang yang
tahu diri akan ruang dan waktu. Dan sebodoh bodoh orang adalah orang yang tidak
tahu terkait ruang dan waktunya. Maka pentingnya ini membaca.
Selanjutnya yaitu sesi pertanyaan, dimana pertanyaan
pertama diajukan oleh saudara Tangguh Pamungkas terkait kesulitan belajar yaitu
kendala menembus ruang dan waktu. Secara filsafat, ketika Mahasiswa tidak bisa
itu benar, maka ini disebut fallibism, ini ada teori dan ada tokohnya. Gunanya untuk
melindungi kaula muda, anak SD. Yang sebenarnya orang-orang hanya melihat
dipermukaan yang salah benar. Padahal ini ada yang tersimpan yaitu metafisik. Kalimat
yang bermakna dibaliknya. Yaitu yang paling dalam itu adalah jiwa. Metafisiknya
sembunyi. Maka orang yang sukses yaitu yang mampu ruang dan waktu.
Bapak Marsigit menyampaikan tujuan membuat elegi yaitu
pembiasaan dengan bahasa orang awam. Misalkan Gagal, salah benar adalah bahasa psikologi. Tapi dalam istilah filsafatnya
tidak mampu menembus ruang dan waktu. Bahwa sejatinya benda mati, tumbuhan dan
hewan itu juga menembus ruang dan waktu. Bedanya dengan manusia dalam filsafat
yaitu bagaimana yang sesuai dengan ruang dan waktu.
Misalnya statistik itu data, turun ke sekolah itu adalah
siswa, jika dinaikkan ke atas yaitu yang ada dan yang paling atas yaitu ciptaan
Tuhan. Misalnya lagi Integral itu luasan jika diturunkan jauh dekat. Anak bayi
sudah mengerti jauh dekat tapi tidak bisa didefinisikan. Mereka tahu karena
kebiasaan. Kita yang dewasa maka harus
paham ruang dan waktu jika ingin membawa sesuatu pada siswa dasar. Aksioma itu
material adalah buku matematika. Formal nya adalah ketentuan. Normatifnya aturan.
Spiritualnya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah aksioma dan postulat kita
manusia. Kebawak menjadi tindak tanduk kita. Contoh bagi adik adik kita. Menyesuaikan
diri. Ini baru naik turun belum di ekstensikan.
Valid istilah orang awang adalah dipercaya, nailk menjadi
logis, dinaikkan menjadi ayat Suci Al-Qur’an. Bagi anak kecil itu sesuatu yang
ada yang bisa dipegang atau benda konkret. Jika belajar filsafat maka Sopan dan
santun terhadap ruang dan waktu. Orang harus menyadari ruang dan waktunya,
siapa yang dihadapi. sopan dan santun itu terhadap sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Minimal mengetahui. Berbicara tentang sopan santun dalam
pendidikan matematika, contohnya aktif dan mengetahu tentang beraktifitas
matematika. Berhubungan pula dengan budaya.
Selanjutnya membahas terkait dengan pertanyaan. Pertanyaan
pertama, saudara Anwar Rifa’i. Terkait dengan cara yang efisien dan efektif
belajar filsafat. Sebenarnya pertanyaan ini mengandung bahaya. Yang benar
belajar nya itu dengan cara metode hidup. Metode untuk mengajarkan tidak ada metode yang paling efektif yang bisa
dilakukan dengan various metode. Kalau tentang agama maka yang baik dan benar
yaitu dengan Al-Quran.
Buah dari filsafat yaitu terbebas dari belenggu dan mitos
mitos, dengan cara membaca. Maka diam itu mengandung bahaya, yang dilakukan
harus belajar. Jangan sampai diam nanti bisa jadi mitos. Melakukan inovasi maka
itulah penting. Membaca membaca dan membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar