Meningkatkan Dimensi
Diri
Perkuliahan
filsafat kali ini pada hari Rabu, tanggal 2 Desember 2015. Diawali dengan
seperti biasa dengan tes jawab singkat. Dimana ada perbedaan, biasanya Beliau
memina merekam setelah tes jawab singkat, namun kali ini beliau meminta untuk
meminta direkam dari awal dari tes jawab singkat. Dan tak lupa seperti biasanya
perkuliahan dimulai dengan do’a, beliau tak melupakan hal yang penting dan
utama yaitu do’a.
Setelah
tes jawab singkat maka saatnya untuk mengkoreksi jawaban teman, Beliau berpesan
dalam mengkoreksi ini maka siapkan dirimu, dengarkan dan ikuti apa kata Guru
agar bahagia dunia dan akhirat, dengan syarat petunjuk yang baik dan benar.
Karena ada Guru yang memberi petunjuk yang sesat. Soal berjumlah 71 soal, dan
semua koreksian untuk mencoret alias untuk mensalahkan semua, baik ini dijawab
atau tidak benar atau tidak tetap Beliau meminta agar dicoret, sehingga artinya
semua anak nilainya adalah NOL. Kemudian disesi penyebutan nama dan penyampaian
nilai Beliau juga menasehati agar Mahasiswa tidak bersikap Hedon, atau terlalu
berhura-hura.
Setelah sesi
penyebutan nama dan nilai selesai, baru kemudian Beliau menyampaikan bahwa
Beliau telah mencapai sempurna mendapatkan nilai Mahasiswanya nilai NOL semua.
Namun yang megesankan yaitu ketika Beliau juga akhirnya menilai diri Beliau
dengan nilai NOL juga untuk keadilan. Jadi maksud dari kegiatan yang
mencengangkan ini yaitu beliau ingin mengajarkan keadilan kepada Mahasiswa.
Bahwa menjadi Guru itu harus mengedepankan keadilan, misal jika siswa bekerja
keras maka Guru juga harus bekerja keras dalam pembelajaran, seimbang. disini
Beliau juga menyampaikan hakikat mendapat ilmu yaitu dengan cara tenang bukan
dengan hura-hura, tokoh pada pewayangan itu tidak bisa menerima wahyu jika ia
tak tenang.
Kemudian,
Beliau menyampaikan bahwa inilah sejatinya terkait dengan Dimensi. Dimensi
antara Bapak Marsigit dan Mahasiswa itu berbeda. Mahasiswa Daksa, bahkan diri
kita sendiri ini daksa dari diri kita sendiri. Berkaitan dengan Tes jawab
singkat itu dapat diketahui bahwa belajar filsafat itu tidak bisa dengan tes
jawab sngkat, bahwa pelu dengan metode lain terutama membaca. filsafat itu
menjelaskan bukan menjawab singkat.
Misalkan
pertanyaan Idealisnya Realis itu tak bisa dijawab dengan tes jawab singkat, bahwa
perlu diterangkan. Disini pula menjelaskan bahwa dalam belajar filsafat metode
penilaian perkuliahan itu tidak bisa pula dengan melihat Ujian Akhir Semester
(UAS). Karena sejatinya filsafat tidak bisa dengan cara seperti itu yang dapat
dilakukan yaitu dengan menjelaskan atau menerangkan dunia. Idelnya Realis itu
jika dibuat buku dengan tebal 10 meter belum selesai untuk menjelaskannya.
Jangankan dua kata, satu kata itu sulit untuk dijelaskan. Materi terkait dang
tes tersebut berkaitan dengan Identitas dan kontradiktif.
Kemudian
beliau meminta Mahasswa meminta mana yang akan dijelaskan dari pertanyaan jawab
singkat tadi. Pertama, saudara Ernawati menanyakan tentang awalnya akhir.
Misalnya kuliah ini berakhir namun, ini baru awal dalam belajar filsafat. Misalnya
dalam adat jawa ada kegiatan awalan d’a dan akhiran do’a. Dimana dalam do’a ini
ada awalannya. Contoh lain yaitu ketika dulu perkuliahan pertama ditutup denga
do’a berarti itu akhirnya awal. Maka dari olah pikir seperti ini kita bisa
memperoleh keadaan yang tidak kita sadari filsafat punya ilmu. Maka terapkan
itu pada kehidupan, dan pada pembelajarn matematika. Hidup itu tidak bisa
terisolasi, kadang lgika manusia tidak bisa memikirkannya karena yang tau hanya
Allah Ta’ala.
Kehidupan itu
sebenarnya kaitan antara harmoni adanya keberlanjutan atau kontinue. Kereta saja
yang berjalan saja kontinue. Jika hidup tak ada harmini maka hidup yang tidak
sehat, ketika mau berhenti pun kereta harus berproses. Conthnya berfilsafat itu
mendefinisikan apapun. Misalnya dengan suara seorang tuna netra bisa
mendefinisikan kecepatan kerata yang melintas. Conth yang lain yaitu Suami
Istri perlu penjelasan, tidak bisa jika hanya jawab singkat. Perlu knunikasi
diantara keduanya perlu penjelaskan diantaranya. Dalam filsafat yang dijelaskan
yaitu apa yang ada dibalik fenomena.
Dalam hal ini
kunci filsafat tergantung dengan ruang dan waktu. Pertanyaan selanjutnya yaitu
berkaitan dengan bolehnya tidak boleh. Duduk di pintu itu pada umumnya tidak
boleh, duduk dijalan tidak boleh, tapi ternyata ada kejadian yaitu duduk akan
memebenahi jalan. Jadi segala sesuatu itu tergantung dengan ruang dan waktu. Pun
kehidupan itu haruslah seimbang. termasuk seperti harmininya disharmoni. Sebenar
benarnya harmoni dipengaruhi oleh disharmoni.
Maka sebelun
menilai sesuatu ketika melihat dis harmoni sesorang harus naik, kedimensi yang
lebih tinggi, bagaimana kejadiannya. Jangan-jangan ini hanya kejadian sebagian
dari keseluruhan. Maka sebaik baik hidup itu yang stabil. Belajar filsafat ini
bermanfaat untuk memanfaatkan ilmu yang telah ada. Menerjemahkan apa yang ada
dalam kehidupan ini. Menharmonikan kehidupan. Ketika menghadapi masalah, maka
tinggikan dimensi melihat apa yang ada dibaliknya, melihat apa hikmak kejadian
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar