Memahami
Dimensi
Pada
pertemuan ketiga ini 4 November 2015, seperti biasa Bapak Marsigit memulai
dengan berdo’a yang kemudian dilanjutkan dengan tes jawab singkat terkait
dengan Menembus ruang dan waktu yang memuat tentang material, formal, normatif
dan spiritual.
Kemudian
beliau melanjutkan dengan menjelaskan beberapa pertanyaan dari ter jawab
singkat tersebut. Yaitu sebagai berikut :
·
Yang pertama terkait dengan Analitiknya
material. Analitik itu adalah logika pikir, tapi ia diterapkan di benda maka menyangkut
dengan banyaknya benda, dihutung banyaknya.
·
Kedua, analitiknya formal. Formal itu
adalah aturan, maka analitik formal itu banyaknya aturan-aturan.
·
Analitiknya normatif yaitu analitik,
karena analitik itu istilahnya normatif.
·
Analitiknya spiritual, yaitu logika
Tuhan.
·
Sintetiknya material, sintetik adalah
interaksi benda.
·
Sintetiknya formal yaitu adalah gabungan
hukum.
·
Sintetiknya normal yaitu sintetik.
·
Sintetiknya spiritual yaitu pahala.
·
Apriorinya material. Apriori adalah
pikiran, analitik adalah logika, pikiran itu analitik. Maka merupakan benda
pikir, bilangan benda geometri adalah benda pikir. Yang terlihat adalah contoh.
·
Apriori formal, yaitu aturan dalam
pikir.
·
Apriori normatif yaitu apriori.
·
Apriorinya spiritual yaitu takdir.
·
Transendennya material yaitu bendanya
para dewa. Para dewa adalah benda yang berada di dimensi lebih atasnya. Contoh Bank
adalah dewanya uang mu. Kamu adalah dewa adikmu dll.
·
Transendennya moral yaitu aturannya
dewa. Contohnya misalnya aturan kita buat terhadap adik kita.
·
Transendennya normatif adalah
transenden.
·
Transendennya spiritual yaitu para
malaikat.
·
Relatifnya material adalah sifat
material yang relatif.
·
Relatifnya formal yaitu aturan yang
longgar.
·
Relatifnya normatif adalah relatif.
·
Relatifnya spiritual yaitu ciptaan Tuhan
yang ada di dunia. Termasuk diri kita ini yang relatif.
·
Absolutnya material yaitu tak ada
absolutnya. Tak ada yang absolut didunia
·
Absolutnya formal yaitu ketentuan Tuhan.
·
Absolutnya normatif yaitu ilmu tuhan
·
Absolutnya spiritual yaitu kuasa Tuhan.
·
Skeptisnya material yaitu benda yang
bergerak. Skeptis yaitu ia belum bergerak.
·
Skeptisnya formal yaitu aturan yang
belum jelas
·
Skeptisnya Normatif yaitu skeptis
·
Skeptisnya spiritual adalah unsurnya
setan.
·
Mitosnya material adalah benda benda
pusaka.
·
Mitosnya normatif yaitu normatif.
Selanjutnya
yaitu sesi pertanyaan. Pertama, dari saudari Elfrida yang bertanya terkait bagaimana
membangun filsafat pada diri seorang yang sebelumnya tidak pernah mengetahui
filsafat ?. caranya yaitu dengan cara kuliah, dan menjalani kehidupan seprti
biasa, melakukan apa yang menjadi rutinitas kehidupan sepertinya. Karena filsafat
itu kehidupan kita sendiri. Filsafat itu mengambil esensinya. Nilai dari
filsafat yang diambil, misal berpikir kritis. Tidak semua hal bisa diterapkan.
Pertanyaan
dari saudara Mu’ahid terkait dengan Skeptis. Skeptis adalah meragukan segala
sesuatu. skeptis itu ada sejak zaman Yunani. Namun, terkenalnya oleh Rannes Dechartes,
awal mulanya ia bermimpi seperti nyata, hingga tak bisa membayangkan antara
mimpi dan nyata. Terjadi di Prancis musim salju, yang membuat Rannes Dechartes
bingung. Semua yang dilihat dan dipikirkan Rannes Dechartes bahkan akhirnya
membuat ia tak percaya. Termasuk tentang Tuhan, ini sangat bahaya. Ia bahkan
untuk mempikirkan Tuhan saja ia tak percaya. Tapi pada akhirnya ia Tetap
percaya Tuhan. Dan ia mencari apa yang pasti benar yaitu bahwa kita sedang
bertanya “korgeto erkosium” (ejaan tak sebenarnya) yang artinya aku ada ketika
aku bertanya. Jika skeptis ini bergabung dengan positifisme maka menjadi metode
scintifik.
Deary
bertanya terkait tentang Transenden. Transenden adalah sifat bagi dimensi yang
diatasnya. Misalkan dosen mengetahui banyak tentang Mahasiswa, namun Mahasiswa
tak tahu banyak tentang Dosen. Ayam dan cacing. Jika di pewayangan di ibaratkan
dewa yang turun ke bumi.
Pertanyaan
selanjutnya Ilma Rizky yaitu adakah sesuatu yang aturan berfilsafat. Selama ini
yang kita pelajari yaitu tata cara berfilsafat, karena sejatinya kita ini
sedang berfilsafat.
Rita
Suryani bertanya tentang apa yang bisa diterapkan dalam pendidikan anak. Yaitu fallibism
iua adalah kesalahan yang benar. Contohnya Mahasiswa yang dapat nilai nol maka
ini benar karena memang belum bisa. Ini bisa diterapkan dalam pendidikan
pembelajaran anak yaitu agar guru memahami bahwa teori falibism. Yaitu ketika
anak anak tidak bisa ini memang benar. Karena anak-anak memang belum paham. Karena
falibism ini bisa juga sebagai payung orang yang ada dibawahnya.
Yang
terakhir yaitu saudari Latifatul, yaitu pertanyaan terkait nilai kebenaran dalam
filsafat. Nilai kebenaran dalam filsafat itu ditentukan dengan yang ada dan
yang mungkin ada yang sesuai ruang dan waktu. Misalnya diri ini subjektif,
kebenaran nya onjektif. Kebenaranya ideal. Yang diluar pikiran adlah realis,
tapi Kebenaran Tuhan adlah Absolut, jika dunia relatif. kebenaran
skeptic diragukan, kebenaran pikiran konsisten/koheren,
kebenaran persepsi adalah korespondensi, kebenaran para dewa adalah para logos,
kebenaran para daksa adalah faktanya, kebenaran subjek adalah predikat,
kebenaran kapital adalah modal, kebenaran utilitarian adalah asas manfaat,
kebenaran spiritual adalah firman Tuhan, dan ll.
Anggara Ari Mustafa menanyakanterkait
filsafatnya dari 0 ( angka nol ). Filsafat dari nol adalah nihilism, yang
artinya ketiadaan. Dalam aliran filsafat tersebut, pada akhirnya manusia itu
mengalami ketiadaan (hampa). Jika agama dikombinasikan dengan psikologi maka
tiadalah tujuan hidup manusia selain agar hidup bahagia. Bahagia dengan tidak
ada nafsu, tidak ada amarah, tidak ada cita-cita, maka dalam rangka ketiadaan
itu kita bisa menuju nirwana.
Selanjutnya Winda menanyakan, berkaitan
Teleology ruang dan waktu. Tokoh filsafat yang membicarakan mengenai masa depan
adalah Immanuel Kant dengan bukunya yang berjudul “Teleology”. Dari teori
Immanuel Kant dapat dikatakan bahwa masa depan bisa diproyeksikan dari zaman
sekarang.
Tangguh Yudha Pamungkas menanyakan terkait
hubungan antara filsafat dengan Tuhan. Pada hakikatnya, filsafat adalah pikiran
dan agama adalah hati. Tidak semuanya yang ada di dunia ini bisa dan akan
selesai untuk didefinisikan. Semilyar pangkat semilyar aku menjelaskannya belum
selesai untuk menjelaskannya. Misalnya definisi cinta dari suami kepada
istrinya. Sehebat-hebat pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui
relung-relung hatinya. Setinggi-tinggi manusia tidak akan mampu mengetahui
takdir tuhan. Dunia ini berstruktur dan bersinergis, maka janganlah kita
menyombongkan diri untuk mengetahui segalah rahasia Tuhan.
Belajar
filsafat laboratoriumnya adalah pikiran, maka janganlah berhenti untuk berpikir
dalam mencari ilmu sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan.
Sehingga,
yang bisa saya tangkap dari perkuliahan ini yaitu bahwa sejatinya dalam
kehidupan itu terdapat dimensinya masing-masing. Maka yang utama bagaimana kita
senantiasa bisa memahami dimensi filsafat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar