Refleksi
Membangun Pendidikan Indonesia
Oleh
: Trisylia Ida Pramesti
Pertemuan perkuliahan kali ini berbeda dengan perkuliahan
sebelum-sebelumnya, jika sebelumnya Bapak memulai dengan kuis jawab singkat. Maka
kali ini Bapak menggunakan metode yang berbeda yaitu menggunakan slide PPT yang
kemudian menyampaikan terkait filsafat pendidikan di Indonesia.
Uraian dimulai dengan teori hermeneutika hidup. Hidup kita
itu sejatinya seperti spiral yang terdiri dari gerak linier dan siklik, maka
menghasilkan siklis yang selalu berkembang terus menerus. Disini pula terjadi
pembagian dunia antara dunia atas yaitu dunia teori dan dunia praktiknya. Dan ketika
ditelisik lagi ternyata kehidupan ini juga sesuai dengan perputaran bumi itu
sendiri.
Berikutnya mengenai teori fenomenologi oleh Husserl yang
menyampaikan bahwa segala sesuatu berasal dari fenomena lalu diserap melalui
indra manusia yang didapat melalui perhatian, yang kemudian melalui proses
idealisasi dan abstraksi. Ketika masuk dalam pikiran menjadi intuisi dan ketika
tidak dibutuhkan akan disimpan dalam epoke. Begitu pula dengan matematika yang
diterima anak maka ia diperoleh dari melihat suatu fenomena.
Dari dasar-dasar teori filsafat tadi maka terdapatlah
suatu pembalajaran yang terkenal yaitu realistik. Dimana pembelajaran
matematika itu dimulai dari apa yang ada dikehidupan sehari-hari, malu di
proses menjadi model matematika lalu diubah lagi menjadi model formal yang ada
di pikiran anak. Teori ini dikenal juga dengan istilah iceberg oleh Moerland.
Fenomena yang ada itu akan menjadi musibah bagi orang
yang belum siap menghadapinya, dan akan bermanfaat bagi orang yang siap. Misalkan
Tsunami, bagi orang-orang yang belum siap maka ini menjadi musibah. Tetapi misalkan
gunung berapi akan menjadi manfaat bagi orag yang siap seperti fotografer yang
mencari momen foto terbaiknya. Demikian pula dengan matematika, ia akan menjadi
bencana magi siswa-siswa yang tidak siap, namun menjadi manfaat bagi anak yang
siap dengan matematika. Inilah maslah matematika sekarang.
Di Indonesia permasalahan
pembelajaran matematika yaitu masihnya guru yang menggunakan metode
tradisional. metode ini metode yang sangat tua, yang tujuannya adalah hanya
transfer pengetahuan. Dalam metode ini, ada karakteristik perilaku siswa dan
guru. Karakteristik perilaku siswa adalah:
1. Siswa
cenderung pasif, karena guru hanya menjelaskan materi sehingga siswa
mendengarkan.
2. Siswa
akan malas, karena guru hanya menjelaskan materi.
3. Dan dari
siswa mudah mengantuk.
Dan
karakteristik perilaku guru adalah:
1. Guru
cenderung sombong
2. Guru
hanya menjelaskan pelajaran.
3. Guru
hanya menunjukkan keahlian mereka.
4. Guru
tidak percaya padanya muridnya.
5. Guru
hanya mentransfer knowladge.
Sehingga
yang diharapkan yaitu pembelajaran yang inovativ dimana memfasilitasi siswa.
Dalam metode ini aktor adalah siswa, perbedaan dengan pertama adalah dari fokus
untuk guru sekarang fokus kepada siswa. Dalam metode ini siswa harus aktif di
pelajaran. Guru memfasilitasi menggunakan berbagai metode, sumber daya, media
atau alat peraga. Sumber daya yang dapat digunakan sebagai yaitu blog web,
tujuan agar mengembangkan pemahaman siswa sendiri, di mana-mana saja kita dapat
membuka blog ini dan bisa belajar dari ini. siswa juga dapat membangun,
menciptakan kehidupan sendiri. filsafat dari metode ini adalah konstruktivisme.
Didalam Metode, siswa yang dianggap sebagai bibit, sehingga guru akan memfasilitasi
tumbuh kemampuan siswa sampai mereka berguna.
Bahkan tidak mudah untuk menerapkan
metode inovatif atau mengajar. Karena metode tradisional telah budaya kita dari
era penjajah sampai sekarang. Tetapi metode yang inovatif harus dilaksanakan.
Hakikat matematika yaitu abstrak, padahal siswa belajar
dari sesuatu yang konkret. Sebagaimana pembelajaran matematika di sekolah yaitu
matematika sebagai pola dan hubunga. Matematika sebagai proses menyelesaikan
masalah. Matematika sebagai proses infestigasi. Da matematika sebagai alat
komunikasi. Kemudian Bapak menunjukkan foto-foto terkait pelatihan guru-guru
sekolah dasar dengan menggunakan metode realistik.
Sehingga,
dapat disimpulkan yaitu pendidikan Indonesia haruslah dibangun diatas filsafat
yang kuat dan pelaksanaan yang terencana dengan baik. Termasuk didalamnya
pembelajaran matematika. Yang mana mengutamakan siswa sebagaimana yang
disampaikan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar