Halaman

Minggu, 10 Januari 2016

Sopan Santun terhadap Ruang dan Waktu



Sopan Santun terhadap Ruang dan Waktu

            Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika ini dilaksanakan pada, 21 Oktober 2015. Bapak Marsigit seperti biasa memulai perkuliahan dengan berdoa lalu kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan penyampaian materi. Materi terkait filsafat.
            Filsafat itu adalah diri kita sendiri. Masing-masing orang dipersilahkan untuk membangun filsafatnya sendiri. Berbeda-beda karena itu pasti. Bapak Marsigit menyampaikan terait pengalaman beliau bahwa filsafat itu pengalaman, refleksi kehidupan diri kita. Kuliah filsafat ini bertujuan untuk mengerti akan ketidak mengaertian diri kita. Belajar filsafat itu haruslah ikhlas pikir dan hati. Belajar filsafat itu harus rajin membaca. Dari blog Bapak misalnya karena disana memuat filsafat bukan terapan, filsafat yang dikembangkan beliau adalah filsafat yang dikembang-kembangkan. Dimana metodenya yaitu metode hidup.
            Orang yang cerdas dalam berfilsafat adalah orang yang tahu diri akan ruang dan waktu. Dan sebodoh bodoh orang adalah orang yang tidak tahu terkait ruang dan waktunya. Maka pentingnya ini membaca.
            Selanjutnya yaitu sesi pertanyaan, dimana pertanyaan pertama diajukan oleh saudara Tangguh Pamungkas terkait kesulitan belajar yaitu kendala menembus ruang dan waktu. Secara filsafat, ketika Mahasiswa tidak bisa itu benar, maka ini disebut fallibism, ini ada teori dan ada tokohnya. Gunanya untuk melindungi kaula muda, anak SD. Yang sebenarnya orang-orang hanya melihat dipermukaan yang salah benar. Padahal ini ada yang tersimpan yaitu metafisik. Kalimat yang bermakna dibaliknya. Yaitu yang paling dalam itu adalah jiwa. Metafisiknya sembunyi. Maka orang yang sukses yaitu yang mampu ruang dan waktu.
            Bapak Marsigit menyampaikan tujuan membuat elegi yaitu pembiasaan dengan bahasa orang awam. Misalkan Gagal, salah benar adalah bahasa  psikologi. Tapi dalam istilah filsafatnya tidak mampu menembus ruang dan waktu. Bahwa sejatinya benda mati, tumbuhan dan hewan itu juga menembus ruang dan waktu. Bedanya dengan manusia dalam filsafat yaitu bagaimana yang sesuai dengan ruang dan waktu.
            Misalnya statistik itu data, turun ke sekolah itu adalah siswa, jika dinaikkan ke atas yaitu yang ada dan yang paling atas yaitu ciptaan Tuhan. Misalnya lagi Integral itu luasan jika diturunkan jauh dekat. Anak bayi sudah mengerti jauh dekat tapi tidak bisa didefinisikan. Mereka tahu karena kebiasaan.  Kita yang dewasa maka harus paham ruang dan waktu jika ingin membawa sesuatu pada siswa dasar. Aksioma itu material adalah buku matematika. Formal nya adalah ketentuan. Normatifnya aturan. Spiritualnya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah aksioma dan postulat kita manusia. Kebawak menjadi tindak tanduk kita. Contoh bagi adik adik kita. Menyesuaikan diri. Ini baru naik turun belum di ekstensikan.
            Valid istilah orang awang adalah dipercaya, nailk menjadi logis, dinaikkan menjadi ayat Suci Al-Qur’an. Bagi anak kecil itu sesuatu yang ada yang bisa dipegang atau benda konkret. Jika belajar filsafat maka Sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Orang harus menyadari ruang dan waktunya, siapa yang dihadapi. sopan dan santun itu terhadap sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Minimal mengetahui. Berbicara tentang sopan santun dalam pendidikan matematika, contohnya aktif dan mengetahu tentang beraktifitas matematika. Berhubungan pula dengan budaya.
            Selanjutnya membahas terkait dengan pertanyaan. Pertanyaan pertama, saudara Anwar Rifa’i. Terkait dengan cara yang efisien dan efektif belajar filsafat. Sebenarnya pertanyaan ini mengandung bahaya. Yang benar belajar nya itu dengan cara metode hidup. Metode untuk mengajarkan tidak  ada metode yang paling efektif yang bisa dilakukan dengan various metode. Kalau tentang agama maka yang baik dan benar yaitu dengan Al-Quran.
            Buah dari filsafat yaitu terbebas dari belenggu dan mitos mitos, dengan cara membaca. Maka diam itu mengandung bahaya, yang dilakukan harus belajar. Jangan sampai diam nanti bisa jadi mitos. Melakukan inovasi maka itulah penting. Membaca membaca dan membaca.

Memahami Dimensi



Memahami Dimensi
Pada pertemuan ketiga ini 4 November 2015, seperti biasa Bapak Marsigit memulai dengan berdo’a yang kemudian dilanjutkan dengan tes jawab singkat terkait dengan Menembus ruang dan waktu yang memuat tentang material, formal, normatif dan spiritual.
Kemudian beliau melanjutkan dengan menjelaskan beberapa pertanyaan dari ter jawab singkat tersebut. Yaitu sebagai berikut :
·         Yang pertama terkait dengan Analitiknya material. Analitik itu adalah logika pikir, tapi ia diterapkan di benda maka menyangkut dengan banyaknya benda, dihutung banyaknya.
·         Kedua, analitiknya formal. Formal itu adalah aturan, maka analitik formal itu banyaknya aturan-aturan.
·         Analitiknya normatif yaitu analitik, karena analitik itu istilahnya normatif.
·         Analitiknya spiritual, yaitu logika Tuhan.
·         Sintetiknya material, sintetik adalah interaksi benda.
·         Sintetiknya formal yaitu adalah gabungan hukum.
·         Sintetiknya normal yaitu sintetik.
·         Sintetiknya spiritual yaitu pahala.
·         Apriorinya material. Apriori adalah pikiran, analitik adalah logika, pikiran itu analitik. Maka merupakan benda pikir, bilangan benda geometri adalah benda pikir. Yang terlihat adalah contoh.
·         Apriori formal, yaitu aturan dalam pikir.
·         Apriori normatif yaitu apriori.
·         Apriorinya spiritual yaitu takdir.
·         Transendennya material yaitu bendanya para dewa. Para dewa adalah benda yang berada di dimensi lebih atasnya. Contoh Bank adalah dewanya uang mu. Kamu adalah dewa adikmu dll.
·         Transendennya moral yaitu aturannya dewa. Contohnya misalnya aturan kita buat terhadap adik kita.
·         Transendennya normatif adalah transenden.
·         Transendennya spiritual yaitu para malaikat.
·         Relatifnya material adalah sifat material yang relatif.
·         Relatifnya formal yaitu aturan yang longgar.
·         Relatifnya normatif adalah relatif.
·         Relatifnya spiritual yaitu ciptaan Tuhan yang ada di dunia. Termasuk diri kita ini yang relatif.
·         Absolutnya material yaitu tak ada absolutnya. Tak ada yang absolut didunia
·         Absolutnya formal yaitu ketentuan Tuhan.
·         Absolutnya normatif yaitu ilmu tuhan
·         Absolutnya spiritual yaitu kuasa Tuhan.
·         Skeptisnya material yaitu benda yang bergerak. Skeptis yaitu ia belum bergerak.
·         Skeptisnya formal yaitu aturan yang belum jelas
·         Skeptisnya Normatif yaitu skeptis
·         Skeptisnya spiritual adalah unsurnya setan.
·         Mitosnya material adalah benda benda pusaka.
·         Mitosnya normatif yaitu normatif.
Selanjutnya yaitu sesi pertanyaan. Pertama, dari saudari Elfrida yang bertanya terkait bagaimana membangun filsafat pada diri seorang yang sebelumnya tidak pernah mengetahui filsafat ?. caranya yaitu dengan cara kuliah, dan menjalani kehidupan seprti biasa, melakukan apa yang menjadi rutinitas kehidupan sepertinya. Karena filsafat itu kehidupan kita sendiri. Filsafat itu mengambil esensinya. Nilai dari filsafat yang diambil, misal berpikir kritis. Tidak semua hal bisa diterapkan.
Pertanyaan dari saudara Mu’ahid terkait dengan Skeptis. Skeptis adalah meragukan segala sesuatu. skeptis itu ada sejak zaman Yunani. Namun, terkenalnya oleh Rannes Dechartes, awal mulanya ia bermimpi seperti nyata, hingga tak bisa membayangkan antara mimpi dan nyata. Terjadi di Prancis musim salju, yang membuat Rannes Dechartes bingung. Semua yang dilihat dan dipikirkan Rannes Dechartes bahkan akhirnya membuat ia tak percaya. Termasuk tentang Tuhan, ini sangat bahaya. Ia bahkan untuk mempikirkan Tuhan saja ia tak percaya. Tapi pada akhirnya ia Tetap percaya Tuhan. Dan ia mencari apa yang pasti benar yaitu bahwa kita sedang bertanya “korgeto erkosium” (ejaan tak sebenarnya) yang artinya aku ada ketika aku bertanya. Jika skeptis ini bergabung dengan positifisme maka menjadi metode scintifik.
Deary bertanya terkait tentang Transenden. Transenden adalah sifat bagi dimensi yang diatasnya. Misalkan dosen mengetahui banyak tentang Mahasiswa, namun Mahasiswa tak tahu banyak tentang Dosen. Ayam dan cacing. Jika di pewayangan di ibaratkan dewa yang turun ke bumi.
Pertanyaan selanjutnya Ilma Rizky yaitu adakah sesuatu yang aturan berfilsafat. Selama ini yang kita pelajari yaitu tata cara berfilsafat, karena sejatinya kita ini sedang berfilsafat.
Rita Suryani bertanya tentang apa yang bisa diterapkan dalam pendidikan anak. Yaitu fallibism iua adalah kesalahan yang benar. Contohnya Mahasiswa yang dapat nilai nol maka ini benar karena memang belum bisa. Ini bisa diterapkan dalam pendidikan pembelajaran anak yaitu agar guru memahami bahwa teori falibism. Yaitu ketika anak anak tidak bisa ini memang benar. Karena anak-anak memang belum paham. Karena falibism ini bisa juga sebagai payung orang yang ada dibawahnya.
Yang terakhir yaitu saudari Latifatul, yaitu pertanyaan terkait nilai kebenaran dalam filsafat. Nilai kebenaran dalam filsafat itu ditentukan dengan yang ada dan yang mungkin ada yang sesuai ruang dan waktu. Misalnya diri ini subjektif, kebenaran nya onjektif. Kebenaranya ideal. Yang diluar pikiran adlah realis, tapi Kebenaran Tuhan adlah Absolut, jika dunia relatif. kebenaran skeptic  diragukan, kebenaran pikiran konsisten/koheren, kebenaran persepsi adalah korespondensi, kebenaran para dewa adalah para logos, kebenaran para daksa adalah faktanya, kebenaran subjek adalah predikat, kebenaran kapital adalah modal, kebenaran utilitarian adalah asas manfaat, kebenaran spiritual adalah firman Tuhan, dan ll.
Anggara Ari Mustafa menanyakanterkait filsafatnya dari 0 ( angka nol ). Filsafat dari nol adalah nihilism, yang artinya ketiadaan. Dalam aliran filsafat tersebut, pada akhirnya manusia itu mengalami ketiadaan (hampa). Jika agama dikombinasikan dengan psikologi maka tiadalah tujuan hidup manusia selain agar hidup bahagia. Bahagia dengan tidak ada nafsu, tidak ada amarah, tidak ada cita-cita, maka dalam rangka ketiadaan itu kita bisa menuju nirwana.
Selanjutnya Winda menanyakan, berkaitan Teleology ruang dan waktu. Tokoh filsafat yang membicarakan mengenai masa depan adalah Immanuel Kant dengan bukunya yang berjudul “Teleology”. Dari teori Immanuel Kant dapat dikatakan bahwa masa depan bisa diproyeksikan dari zaman sekarang.
Tangguh Yudha Pamungkas menanyakan terkait hubungan antara filsafat dengan Tuhan. Pada hakikatnya, filsafat adalah pikiran dan agama adalah hati. Tidak semuanya yang ada di dunia ini bisa dan akan selesai untuk didefinisikan. Semilyar pangkat semilyar aku menjelaskannya belum selesai untuk menjelaskannya. Misalnya definisi cinta dari suami kepada istrinya. Sehebat-hebat pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui relung-relung hatinya. Setinggi-tinggi manusia tidak akan mampu mengetahui takdir tuhan. Dunia ini berstruktur dan bersinergis, maka janganlah kita menyombongkan diri untuk mengetahui segalah rahasia Tuhan.
Belajar filsafat laboratoriumnya adalah pikiran, maka janganlah berhenti untuk berpikir dalam mencari ilmu sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan.
Sehingga, yang bisa saya tangkap dari perkuliahan ini yaitu bahwa sejatinya dalam kehidupan itu terdapat dimensinya masing-masing. Maka yang utama bagaimana kita senantiasa bisa memahami dimensi filsafat tersebut.

Rabu, 06 Januari 2016

Penting Komunikasi dalam Kehidupan



Penting Komunikasi dalam Kehidupan

Perkuliahan ini adalah perkuliahan terakhir. Perkuliahan pengganti pada hari Kamis, 31 Desember 2015. Pada pertemuan ini akan membahas tentang peranyaan-pertanyan Mahasiswa, pertanyaan yang merdeka.
                Pertanyaan pertama yaitu dari saudara Septi yaitu pertanyaanya Bagaimana cara mengkominukasikan matematika terhadap siswa tentang materi yang abstrak ?. jawabanya yaitu sesuai dengan ruang dan waktunya. Memperhatikan pula learning trajectory nya. Maka dipengaruhi dari kemarin apa yang dipelajari dan bermanfaat untuk apa. Ini juga disebut dengan learning continue. Secara psikologi, learning continue di Indonesia itu berupa Realistic matematik yang mungkin gambarannya masih terlalu umum dan kasar. Matematika konkrit, matematika mdel kongkrit, matematika model formal dan matematika abstrak. Ruang dan waktu artinya Abstrak itu untuk anak SMA keatas, namun jika untuk anak anak maka matematika itu kongkrit. Cara mengkomunikasikan yaitu dengan cara memberdayakan siswa, memberi kesempatan untuk merefleksikan.
Begitau pula pada perkuliah filsafat ini, Guru ini memberi fasilitas siswa untuk belajar filsafat. Kita bisa membaca dari mana saja. Belajar itu harus akuntabel dan sustainable. Akuntabel artinya kepercayaan, percaya pada yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan sustainabel adalah berkelanjutan. Sebenar-benar hidup itu interaksi akuntabel dan sustainable. Kata – kata tidak dapat menggambarkan perasaanku. Inilah pentingnya komunikasi.
Pertanyaan selajutnya yaitu dari Hernestri tentang Apakah mencari Identitas juga termasuk dalam berfilsafat?. Belum tentu karena seseorang kadang ada yang sadar dan tidak sadar kalau ia sedang mencari identitas. Kebanyakan orang itu  tidak sadar, hanya sedikit orang mau menyampaikan, bahkan sedikit yang mau menyampaikan. Seseorang itu sejatinya raganya sedang disini namun pikirannya ada dimana mana. Pentingnya sebuah nama. Metode saintifik mengakibatkan seseorang mudah bertanya. Padahal tidak setiap pertanyaan harus dijawab, dalam ruang dan waktu saat itu, kadang malah tak membutuhkan jawaban saat itu.
Pertanyaan selanjutnya dari saudara Rizky Cahyaningtyas. Metode pembelajaran yang seperti apa yang tidak mengandung perbudakan. Yaitu metode yang melayani kebutuhan siswa. Yang berorientasi pada siswa. Dan tidak mengekang siswa, sedangkan pendidik adalah berfungsi sebagai fasilitator.
Pertanyaan selanjutnya yaitu Latifatul Karima yaitu bagaimana ciri orang yang telah menggapai ruang dan waktu. Diri kita sejatinya tengah menggapai ruang dan waktu, namun seringkali kita tidak menyadarinya. Bahkan batu saja sedang berada pada ruang dan waktu. Filsafat juga berkaitan dengan bahasa analog.
Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan paralogis dan antinomi yang disampaikan Diyah Wahyu Utami. Paralogis dan antinomi yaitu kesalahan para dewa. Dan sebagian daksa tidak tahu, dan daksa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi jika yang bersalah para daksa maka dewa bisa belaku semaunya. Itulah perbedaan dimensi struktural.
Pertanyaan selanjutnya yaitu oleh Atika Izzatul Jannah peratanyaan berkatan dengan usia yang mampu untuk berfilsafat. Jawabannya bisa jadi kapan saja, bisa jadi saat dalam kandungan. Belajar filsafat bisa denga elegi. Elegi itu berbicara tetang filsafat tanpa membicarakan dengan bahasa sehari hari. Ini untuk orang awam. Namun dalam bentuk frmal orang tua juga sulit mempelajari filsafat. Karena filsafat itu perlu penghayatan diam, karena sejatinya doing nothing itu penting.
Pertanyaan selanjutnya yaitu dari Saya sendiri yaitu yang berkaitan dengan apa hakikat malas. Malas itu gejala jiwa. Sebenarnya malas itu suatu potensi. Berati jika seseorang itu malas maka ia tidak bisa memanfaatkan ruang dan waktunya. Orang yang berhasil itu yang behasil menembus ruang dan waktu. Orang yang malas itu berati ia tidak mensyukuri dan tidak memahami apa yang terjadi kemarin, sekarang dan yang akan datang maka ini jadinya malas.
Pertanyaan selanjutnya dari saudari Tina, bagaimana cara kita agar tidak terjebak mitos. Kadang seserang memang tidak bisa terlepas dari mitos karena budaya dll. Misal kepercayaan masyarakat Jogja yang mempercayai penguasa laut selatan. Namun jika kita menaikkan dimensi kita terkait teknologi dan iptek, maka ada informasi bahwa Indonesia telah terkepung oleh pangkalan Laut Amerika. Maka urusan dunia dan akhirat itu ada gurunya. Guru akhirat itu menuntun mengarahkan ke akhirat, tapi guru dunia itu hanya menunjukki dan bahkan guru akan berkata jangan seperti guru itu karena ia harus berkembang. Maka supaya tidak terjebak mitos maka ia tidak berhenti. Mitos itu berada pada pikiran kita. Mitos itu ada manfaatnya pula. Untuk anak kecil bahkan mitos juga kebanyakan dipakai. Jangan berarti mitos tidak baik keseluruhan, namun memang ketika mulai dewasa mitos perlu dikurangi. Kadang kadang kita perlu untuk lupa.
Pertanyaan Arina Fauziah berkaitan tentang bagai mana memeberaikan ide. Bapak Marsigit menjelaskan jika ide itu tidak bisa diberikan ia bisa ditamamkan sudah ada dalam anak. Pertanyaan Novia tentang apakah mempunyai tekat yang kuat tentang masa depan itu menyalahi takdir. Menurut bapak ini adalah keterampilan hidup yaitu menyeimbangkan antara usaha dan do’a. Terus saja seperti itu, maka akan tercapai cita. Namun, secara psikologi akan ada resiko yaitu kekecewaan dll. Ini lah pentingnya komunikasi yaitu untuk komunikasi produktif. Karena kehidupan ini ada sebab dan akibat. Ada saatnya kita sabar, menunggu dan berdoa. maka ini berkaitan pula dengan potensi, bukan bakat. Karena bakat itu mitos. Mendidik berdasarkan bakat itu sangat mudah, yang penting yaitu bagaimana mendidik orang yang tidak berbakat.
Selanjutnya berkaitan tentang ilmu. Ilmu dari luar dan dari dalam. Ilmu dari luar itu kuat dari bentuknya, wadahnya. Namun ilmu dari dalam negri itu kaya akan isi, konteks. Maka jika ingin harmoni maka gunakan kedua ilmu itu. kemudian berkaitan perbedaan S1 dan S2 yang membedakan yaitu ekstensif dan intensifnya.
Pertanyaan selanjutnya Deary. Agama itu mengurusi kaitan dunia dan akhirat, sedangkan ilmu yang dunia hanya dunia saja sebatas memahami akhirat. Kodrat manusia itu relatif. Dan yang absolut masalah agama Tuhan. Ketika beragama maka perlulah torelansi, tapi tidak ada toleransi saat ibadah. Manusia itu hanya bisa ikhtiar. Tidak perlu sombong, karena sombong itu dapat membakar potensi. Apa apa itu sederhana saja.
Pertanyaan selanjutnya yaitu Fitriana Nur Hidayati,  bertanya bagaimana jika ada rekan kerja yang baik tapi, dibelakang ia menggujingkan diri kita. Intinya yaitu komunikasi. Mengkomunikasikan dengan dimensi yang harmonis. Pun mungkin ketika kita digunjingkan kita perlu introspeksi, jangan – jangan kita juga pernah menggunjingkan orang. Maka selanjutnya terkait ikhlas dan hati. Doa itu saa pikiran berhenti berurang dan menggunakan hati, namun doa lama lama fasenya menjadi tak sadar dan diambil alih dan tuhan lah yang mendoakan kita. Orang orang seperti ini orang yang mempunyai guru spiritual. Guru spiritual itu bagaimana cara kita bisa meneladani Sunnah Rasulullah.  Keikhlasan itu, berkaitan dengan akhirat. Beliau Bapak Marsigit menceritakan terkait menggapai wajah Rasulullah. Hakikat memandang wajah Rasulullah itu telah, sedang dan akan selalu memandang wajah Rasulullah, dalam kegiatan apapun. Maka Rasulullah pun punya guru yaitu Jibril. Kaitan dengan kehidupan kita ini merupakan energi, walaupun kita tidak melihat secara lahir, namun kita bisa memandang hati, batinnya. Keikhlasan itu perlu ada pembimbing.
Maka secara keseluruhan, yang terpenting dalam kehidupan dunia ini yaitu komunikasi sesama memahami dengan harmoni dan dimensi yang lebih harmoni. Komunikasi juga penting untuk membangun akhirat kita. Terkait hubungan kita dengan Rabb kita.

Meningkatkan Dimensi Diri



Meningkatkan Dimensi Diri
Perkuliahan filsafat kali ini pada hari Rabu, tanggal 2 Desember 2015. Diawali dengan seperti biasa dengan tes jawab singkat. Dimana ada perbedaan, biasanya Beliau memina merekam setelah tes jawab singkat, namun kali ini beliau meminta untuk meminta direkam dari awal dari tes jawab singkat. Dan tak lupa seperti biasanya perkuliahan dimulai dengan do’a, beliau tak melupakan hal yang penting dan utama yaitu do’a.
                Setelah tes jawab singkat maka saatnya untuk mengkoreksi jawaban teman, Beliau berpesan dalam mengkoreksi ini maka siapkan dirimu, dengarkan dan ikuti apa kata Guru agar bahagia dunia dan akhirat, dengan syarat petunjuk yang baik dan benar. Karena ada Guru yang memberi petunjuk yang sesat. Soal berjumlah 71 soal, dan semua koreksian untuk mencoret alias untuk mensalahkan semua, baik ini dijawab atau tidak benar atau tidak tetap Beliau meminta agar dicoret, sehingga artinya semua anak nilainya adalah NOL. Kemudian disesi penyebutan nama dan penyampaian nilai Beliau juga menasehati agar Mahasiswa tidak bersikap Hedon, atau terlalu berhura-hura.
Setelah sesi penyebutan nama dan nilai selesai, baru kemudian Beliau menyampaikan bahwa Beliau telah mencapai sempurna mendapatkan nilai Mahasiswanya nilai NOL semua. Namun yang megesankan yaitu ketika Beliau juga akhirnya menilai diri Beliau dengan nilai NOL juga untuk keadilan. Jadi maksud dari kegiatan yang mencengangkan ini yaitu beliau ingin mengajarkan keadilan kepada Mahasiswa. Bahwa menjadi Guru itu harus mengedepankan keadilan, misal jika siswa bekerja keras maka Guru juga harus bekerja keras dalam pembelajaran, seimbang. disini Beliau juga menyampaikan hakikat mendapat ilmu yaitu dengan cara tenang bukan dengan hura-hura, tokoh pada pewayangan itu tidak bisa menerima wahyu jika ia tak tenang.
Kemudian, Beliau menyampaikan bahwa inilah sejatinya terkait dengan Dimensi. Dimensi antara Bapak Marsigit dan Mahasiswa itu berbeda. Mahasiswa Daksa, bahkan diri kita sendiri ini daksa dari diri kita sendiri. Berkaitan dengan Tes jawab singkat itu dapat diketahui bahwa belajar filsafat itu tidak bisa dengan tes jawab sngkat, bahwa pelu dengan metode lain terutama membaca. filsafat itu menjelaskan bukan menjawab singkat.
Misalkan pertanyaan Idealisnya Realis itu tak bisa dijawab dengan tes jawab singkat, bahwa perlu diterangkan. Disini pula menjelaskan bahwa dalam belajar filsafat metode penilaian perkuliahan itu tidak bisa pula dengan melihat Ujian Akhir Semester (UAS). Karena sejatinya filsafat tidak bisa dengan cara seperti itu yang dapat dilakukan yaitu dengan menjelaskan atau menerangkan dunia. Idelnya Realis itu jika dibuat buku dengan tebal 10 meter belum selesai untuk menjelaskannya. Jangankan dua kata, satu kata itu sulit untuk dijelaskan. Materi terkait dang tes tersebut berkaitan dengan Identitas dan kontradiktif.
Kemudian beliau meminta Mahasswa meminta mana yang akan dijelaskan dari pertanyaan jawab singkat tadi. Pertama, saudara Ernawati menanyakan tentang awalnya akhir. Misalnya kuliah ini berakhir namun, ini baru awal dalam belajar filsafat. Misalnya dalam adat jawa ada kegiatan awalan d’a dan akhiran do’a. Dimana dalam do’a ini ada awalannya. Contoh lain yaitu ketika dulu perkuliahan pertama ditutup denga do’a berarti itu akhirnya awal. Maka dari olah pikir seperti ini kita bisa memperoleh keadaan yang tidak kita sadari filsafat punya ilmu. Maka terapkan itu pada kehidupan, dan pada pembelajarn matematika. Hidup itu tidak bisa terisolasi, kadang lgika manusia tidak bisa memikirkannya karena yang tau hanya Allah Ta’ala.
Kehidupan itu sebenarnya kaitan antara harmoni adanya keberlanjutan atau kontinue. Kereta saja yang berjalan saja kontinue. Jika hidup tak ada harmini maka hidup yang tidak sehat, ketika mau berhenti pun kereta harus berproses. Conthnya berfilsafat itu mendefinisikan apapun. Misalnya dengan suara seorang tuna netra bisa mendefinisikan kecepatan kerata yang melintas. Conth yang lain yaitu Suami Istri perlu penjelasan, tidak bisa jika hanya jawab singkat. Perlu knunikasi diantara keduanya perlu penjelaskan diantaranya. Dalam filsafat yang dijelaskan yaitu apa yang ada dibalik fenomena.
Dalam hal ini kunci filsafat tergantung dengan ruang dan waktu. Pertanyaan selanjutnya yaitu berkaitan dengan bolehnya tidak boleh. Duduk di pintu itu pada umumnya tidak boleh, duduk dijalan tidak boleh, tapi ternyata ada kejadian yaitu duduk akan memebenahi jalan. Jadi segala sesuatu itu tergantung dengan ruang dan waktu. Pun kehidupan itu haruslah seimbang. termasuk seperti harmininya disharmoni. Sebenar benarnya harmoni dipengaruhi oleh disharmoni.
Maka sebelun menilai sesuatu ketika melihat dis harmoni sesorang harus naik, kedimensi yang lebih tinggi, bagaimana kejadiannya. Jangan-jangan ini hanya kejadian sebagian dari keseluruhan. Maka sebaik baik hidup itu yang stabil. Belajar filsafat ini bermanfaat untuk memanfaatkan ilmu yang telah ada. Menerjemahkan apa yang ada dalam kehidupan ini. Menharmonikan kehidupan. Ketika menghadapi masalah, maka tinggikan dimensi melihat apa yang ada dibaliknya, melihat apa hikmak kejadian itu.